AIR UNTUK INDUSTRI
PENGOLAHAN DAN PARAMETER
Kegunaan
air dalam proses industri sangat banyak sekali, selain sebagai air baku pada
industri air minum dan pemutar turbin pada pembangkit tenaga listrik, juga
sebagai alat bantu utama dalam kerja pada proses – proses industri. Selain itu
juga air digunakan sebagai sarana pembersihan (cleaning) baik itu cleaning area
atau alat – alat produksi yang tidak memerlukan air dengan perlakuan khusus
atau cleaning dengan menggunakan air dengan kualitas dan prasyarat tertentu
yang membutuhkan sterilisasi dan ketelitian yang tinggi.
Air
yang digunakan pada proses pengolahan dan air umpan ketel diperoleh dari air
sungai, air waduk, sumur bor dan sumber
mata air lainnya. Kualitas air tersebut tidak sama walaupun menggunakan sumber
air sejenis ini dipengaruhi oleh kandungan asam mata air tersebut. Sumber mata
air sungai umumnya sudah mengalami pencemaran oleh penduduk atau industri, oleh sebab itu
perlakuan pemurnian air harus dilakukan. Perlu dilakukan “ water treatment”
untuk menghasilkan air yang sesuai untuk pengolahan dan air umpan air boiler
yang reliable dan ekonomis. Pengertian reliable ialah mudah melakukan operasi
secara berkelanjutan selama dibutuhkan.
Dan ini merupakan usaha-usaha menghindarkan kerusakan-kerusakan terutama pada
korosi pipa dan sebagainya.
Air
Industri
Berbagai jenis operasi di industri membutuhkan air yang
disebut air industri. Air industri ini meliputi: air proses, air umpan boiler
dan air pendingin. Ketiga jenis air ini memerlukan tingkat pengolahan yang
berbeda dan secara umum tingkat pengolahan air industri, akan tergantung pada
sumber air darimana air baku diambil dan juga maksud penggunaan terhadap air
hasil olahan tersebut. Pada prinsipnya, pengolahan air bertujuan untuk
menghilangkan atau mengurangi zat yang terkandung dalam air yang berada dalam
bentuk terlarut (ion), bentuk tersuspensi ataupun bentuk koloid hingga dicapai
kualitas air yang memenuhi dengan persyaratan sesuai dengan maksud
penggunaannya.
Air
Proses
Pada umumnya air untuk proses dari kegiatan industri
diperuntukan sebagai pelarut, pencampur, pengencer, media pembawa, pencuci dan
lainnya. Dengan kualitas air proses yang berbeda tergantung fungsinya dan
sangat ditentukan oleh jenis industri lainnya. Parameter - parameter yang
dianggap penting sangat berbeda pada kegiatan industri yang berbeda, demikian
pula jumlah air yang diperlukan untuk setiap produk yang dihasilkan sangat
berbeda. Sebagai contoh: pada industri kertas memerlukan air proses sekitar
70-90% dari total kebutuhan air untuk kegiatan industrinya. Demikian juga untuk
industri tekstil kebutuhan air untuk industri proses mencapai persentasi yang
sama untuk industri kertas. Sedang pada industri sabun kebutuhan air prosesnya
tidak sebesar industri kertas dan tekstil yaitu sekitar 30-50% dari total
kebutuhan airnya dan untuk industri ban kebutuhan air proses sangat rendah
sekitar 5-10% dari kebutuhan air.
Besi dan mangan merupakan parameter penting pada industri
tekstil karena kehadiran industri besi dan mangan akan mengganggu dalam proses
pewarnaan dan memberikan flek atau noda pada lembar kertas/ tekstil. Demikian
pula kesadahan merupakan parameter penting untuk industri tekstil disamping
parameter- parameter lain seperti alkalinitas, silika, padatan terlarut dan
lainnya.
Air
Boiler
Secara umum air yang akan digunakan sebagai air umpan
boiler adalah air yang tidak mengandung unsur yang dapat menyebabkan terjadinya
endapan yang dapat membentuk kerak pada boiler, air yang tidak mengandung unsur
yang dapat menyebabkan korosi terhadap boiler dan sistem penunjangnya dan juga
tidak mengandung unsur yang dapat menyebabkan terjadinya pembusaan terhadap air
boiler. Oleh karena itu untuk dapat digunakan sebagai air umpan boiler maka air
baku dari sumber air harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu yang bertujuan
untuk menghilangkan unsur-unsur atau padatan yang terkandung didalam air baik
dalam bentuk tersuspensi, terlarut, ataupun koloid yang dapat menyebabkan
terjadinya kerak, korosi dan pembusaan dalam boiler. Disamping itu senyawa
organik dapat menyebabkan berbagai masalah dalam operasi boiler. Kualitas air
umpan boiler juga dipengaruhi oleh kondisi operasi boiler, dimana semakin
tinggi tekanan dan temperature operasi maka semakin murni kualitas air umpan
yang diperlukan. Batasan terhadap nilai parameter-parameter penting untuk air
umpan boiler, sering ditentukan oleh pihak pembuat alat, atau dapat mengacu
pada criteria dari badan-badan International seperti ASME dan ABMA.
Boiler adalah tungku dalam berbagai bentuk dan ukuran
yang digunakan untuk menghasilkan uap dengan cara penguapan air untuk dipakai
pada pembangkit tenaga listrik lewat turbin, proses kimia, dan pemanasan dalam
produksi, dll. Dalam istilah lain biasa disebut ketel uap yaitu alat untuk
menghasilkan uap, yang terdiri dari dua bagian utama yaitu sisi api sebagai
penyedia panas dan sisi air sebagai bagian untuk proses penguapan air menjadi
uap.Uap kemudian keluar dari boiler untuk digunakan dalam berbagai aplikasi
seperti pemanas, turbin ,dll.Boiler feed water merupakan campuran dari Air
Make-up (Air baku yg telah di olah) dengan Air kondensat yang merupakan hasil
kondensasi upa yang telah dipakai. Air make-up adalah air baku yang telah
diolah melalui suatu proses. Kondensat adalah hasil kondensasi uap (steam) yang
telah dipakai dan kulaitas kondensat relative murni.
Boiler feed water yang merupakan sampuran dari air
make-up dan kondensat komposisi ion-ion nya bervariasi tergantung pada ratio
perbandingan air make-up / kondensat yang dipergunakan. Pada proses penguapan
dalam ketel uap, air menjadi uap. Uap yang dihasilkan adalah air murni dalam
fasa uap (H2O) dimana ion-ion yang terkandung dalam air boilernya tidak turut
menguap. Sebagai akibatnya, konsentrasi ion-ion yang berada dalam fasa cairnya
(air boiler) semakin lama akan semakin tinggi dimana apabila hal ini tidak
dikendalikan kenaikan konsentrasi ion-ion tersebut akan menuju bilangan tak
terhingga,sehingga konsekwensinya pengerakan pada pipa pipa boiler tidak akan
bisa dihindarkan.
Pengendalian ion-ion dalam air boiler tsb pada sistim
boiler dilakukan dengan membuang sebagian dari air boiler secara kontinyu dan
disebut sebagai blow-down; Tujuan blow-down adalah untuk menjaga agar ion-ion
yang ada dalam air boiler tidak melebihi batasan batasan yang telah di
tentukan.
Feed water harus memenuhi prasyarat tertentu seperti yang
diuraikan dalam tabel di bawah ini :
Parameter
|
Satuan
|
Pengendalian
Batas
|
pH
|
Unit
|
10.5
– 11.5
|
Conductivity
|
µmhos/cm
|
5000,
max
|
TDS
|
Ppm
|
3500,
max
|
P
– Alkalinity
|
Ppm
|
-
|
M
– Alkalinity
|
Ppm
|
800,
max
|
O
– Alkalinity
|
Ppm
|
2.5
x SiO2, min
|
T.
Hardness
|
Ppm
|
-
|
Silica
|
Ppm
|
150,
max
|
Besi
|
Ppm
|
2,
max
|
Phosphat
residual
|
Ppm
|
20
– 50
|
Sulfite
residual
|
Ppm
|
20
– 50
|
pH
condensate
|
Unit
|
8.0
– 9.0
|
Ketidaksesuaian kriteria air umpan boiler menurut baku
mutu diatas akan mempengaruhi berbagai hal, misalnya :
1.
Korosi
Peristiwa
korosi adalah peristiwa elektrokimia, dimana logam berubah menjadi bentuk
asalnya akibat dari oksidasi yang disebabkan berikatannya oksigen dengan logam,
atau kerugian logam disebabkan oleh akibat beberapa kimia
Penyebab
korosi Boiller:
–
Oksigen Terlarut
–
Alkalinity ( Korosi pH
tinggi pada Boiler tekanan tinggi )
–
Karbon dioksida ( korosi
asam karbonat pada jalur kondensat )
–
Korosi khelate ( EDTA
sebagai pengolahan pencegah kerak )
Akibat
dari peristiwa korosi adalah penipisan dinding pada permukaan boiler sehingga
dapat menyebabkan pipa pecah atau bocor.
2.
Kerak
Pengerakan
pada sistem boiler :
–
Pengendapan hardness
feedwater dan mineral lainnya
–
Kejenuhan berlebih dari
partikel padat terlarut ( TDS ) mengakibatkan tegangan permukaan tinggi dan
gelembung sulit pecah
–
Kerak boiler yang lazim :
CaCO3, Ca3 (PO4)2, Mg(OH)2,
MgSiO3, SiO2, Fe2(CO3)3,
FePO4
3.
Endapan
Pembekuan
material non mineral pada boiler, umumnya berasal dari:
–
Oksida besi sebagai produk
korosi
–
Materi organic ( kotoran –
bio, minyak dan getah ), Boiler bersifat alkalinity jika terkena gliserida maka
akan terjadi reaksi penyabunan.
–
Partikel padat tersuspensi
dari feedwater ( tanah endapan dan pasir )
Dari
peristiwa – peristiwa ini mengakibatkan terbentuknya deposit pada pipa
superheater, menyebabkan peristiwa overheating dan pecahnya pipa, terbentuknya
deposit pada sirip turbin, menyebabkan turunnya effisiensi
Air pendingin dan sirkulasi sebagai Cooling tower dan
Chiller
Colling
tower atau menara pendingin adalah suatu sistem pendinginan dengan prinsip air
yang disirkulasikan. Air dipakai sebagai medium pendingin, misalnya pendingin
condenser, AC, diesel generator ataupun mesin – mesin lainnya.
Jika
air mendinginkan suatu unit mesin maka hal ini akan berakibat air pendingin
tersebut akan naik temperaturnya, misalnya air dengan temperature awal ( T1 )
setelah digunakan untuk mendinginkan mesin maka temperaturnya berubah menjadi (
T2 ). Disini fungsi cooling tower adalah untuk mendinginkan kembali T2 menjadi
T1 dengan blower / fan dengan bantuan angin. Demikian proses tersebut berulang
secara terus menerus. Sedangkan pada chiller temperature yang dibutuhkan
relative lebih rendah dibandingkan penggunaan Colling tower.
Beda
antara cooling dan chiller adalah pada sistem yang digunakan. Maksudnya, bila
cooling adalah sistem terbuka sedangkan pada chiller adalah sistem tertutup
sehingga proses penguapan lebih rendah dibandingkan dengan sistem terbuka.
Sistem air cooling dapat dikategorikan dua
tipe dasar, sebagai berikut :
1.
Sistem air cooling satu
aliran
Sistem
air cooling satu arah adalah satu diantara aliran air yang hanya melewati satu
kali penukar panas. Dan lalu dibuang kepembuangan atau tempat laindalam proses.
Sistem
tipe ini mempergunakan banyak volume air. Tidak ada penguapan dan mineral yang
terkandung didalam air masuk dan keluar penukar panas. Sistem air cooling satu
arah biasa digunakan pada terminal tenaga besar dalam situasi tertutup dari air
laut atau air sungai dimana persediaan air cukup tinggi.
2.
Sistem air cooling
sirkulasi
Pada
sistem sirkulasi terbuka ini, air secara berkesinambungan bersikulasi melewati
peralatan yang akan didinginkan dan menyambung secara seri. Transfer panas dari
peralatan ke air, dan menyebabkan terjadinya penguapan ke udara. Penguapan
menambah konsentrasi dan padatan mineral dalam air dan ini adalah efek
kombinasi dari penguapan dan endapan, yang merupakan konstribusi dari banyak
masalah dalam pengolahan dengan sistem sirkulasi terbuka.
Pada
peristiwa sirkulasi air ini, akan terjadi proses – proses sebagai berikut :
a. Pendinginan
air cooling tower adakah atas dasar penguapan ( Evaporasi )
Pada
peristiwa fisika dikenal prinsip “ jumlah kalor yang diterima = jumlah kalor
yang dilepaskan “. Kalor untuk melakukan pendinginan dari T2 menjadi T1 sama
dengan kalor penguapan atau dengan kata lain air tersebut menjadi dingin
dikarenakan sebagian dari air tersebut menguap.
Untuk
cooling tower, besarnya penguapan dapat dihitung bila diketahui kapasitas pompa
sirkulasi (m3/jam)
b.
Pada air Cooling tower
terjadi pemekatan Garam.
Dengan
adanya penguapan maka lama kelamaan seluruh mineral yang tidak dapat menguap
akan berkumpul sehingga terjadi pemekatan. Dengan banyaknya mineral yang
terkandung pada air Cooling tower perlu dilakukan proses Bleed Off dan
penambahan air make up. Air yang menguap adalah air yang murni bebas dari garam
– garam mineral dengan konsentrasi = 0. Pada cooling tower dapat diketahui
siklus air pada unit cooling tower adalah dengan cara :
Dengan
rumus :
Cycle = Tower water chloride
Make
up water chloride
Tanpa
menggunakan parameter khlorida, siklus dapat diketahui dengan membaca
konduktivity, yaitu dengan membandingkan konduktivity air tower dengan
konduktivity air make up.
Masalah yang sering timbul dalam pada seluruh
sistem air cooling adalah:
1.1.
Korosif
Pada
pH yang rendah menyebabkan terjadinya korosi pada logam. Begitu juga
nitrifying. Penyebab lain adalah dengan adanya bakteri yang dapat menghasilkan
asam sulfat. Bakteri yang memiliki kemampuan untuk mengubah hydrogen sulfide
menjadi sulfur kemudian mengubah menjadi asam sulfat. Bakteri ini menyerang
logam besi, logam lunak dan steiless steel, hidup sebagai anaerobic ( tanpa
udara).
1.2.
Kerak
Pembentukan
kerak diakibatkan oleh kandungan padatan terlarut dan material anorganik yang
mencapai limit control.
Metode
yang digunakan untuk mencegah terjadinya pembentukan kerak antara lain :
a.
Menghambat kerak dengan
mengontrol pH
Dalam
keadaan asam lemah ( kira – kira pH 6,5 ). Asam sulfat yang paling sering
digunakan untuk ini, memiliki dua efek dengan memelihara pH dalam daerah yang
benar dan mengubah kalsium karbonat, ini memperkecil resiko terbentuknya kerak
kalsium sulfat. Ini memperkecil resiko terbentuknya kerak kalsium karbonat dan
membiarkan cycle yang tinggi dari konsentrasi dalam sistem.
b.
Mengontrol kerak dengan
bleed off
Bleed
off pada sirkulasi air cooling terbuka sangat penting untuk memastikan bahwa
air tidak pekat sebagai perbandingan untuk mengurangi kelarutan dari garam
mineral yang kritis. Jika kelarutan ini berkurang kerak akan terbentuk pada
penukar panas.
c.
Mengontrol kerak dengan
bahan kimia penghambat kerak.
Bahan kimia umumnya berasal dari organic
polimer, yaitu polyacrilik dan polyacrilik buatan.
Ø
Masalah mikrobiologi
Microorganisme
juga mampu membentuk deposit pada sembarangan permukaan. Hampir semua jasad
renik ini menjadi kolektor bagi debu dan kotoran lainnya. Hal ini dapat
menyebabkan efektivitas kerja cooling tower menjadi terganggu.
Ø
Masalah kontaminasi
Keadaan
cooling tower yang terbuka dengan udara bebas memungkinkan organisme renik
untuk tumbuh dan berkembang pada sistem, belum lagi kualitas air make up yang
digunakan.
Parameter
Kualitas Air
1. Parameter Fisik Air
a.
Bahan Padatan Terlarut dan
Tersuspensi (Total Dissolve Solid, TDS
dan Total Suspended Solid, TSS)
Bahan
padat keseluruhan ditetapkan dengan menguapkan suatu sampel air dan menimbang
sisanya yang telah kering. Bahan padatan
terapung didapat dengan menyaring suatu sampel air. Perbedaan antara
bahan padat keseluruhan dan bahan padat terapung merupakan bahan padat
terlarut. Tergantung pada ukuran
saringan kertas yang dipergunakan, sebagian bahan koloidal akan juga dihitung
sebagai bahan padat terapung. Informasi tentang bahan padat keseluruhan
digunakan untuk perencanaan sarana-sarana pengolahan air. Konsentrasi bahan
padat terlarut keseluruhan, bersama-sama dengan suatu analisis kimiawi
terperinci, dipergunakan untuk menguji kecocokan berbagai sumber air untuk
berbagai pemanfaatan, misalnya industri dan pertanian.
b.
Kekeruhan (Turbidity)
Kekeruhan
mengurangi kejernihan air dan diakibatkan oleh pencemarpencemar yang terbagi
halus, dari manapun asalnya, yang ada didalam air. Kekeruhan biasanya
disebabkan oleh lempung,
partikel-partikel tanah dan pencemar-pencemar koloidal lainnya. Tingkat
kekeruhan tergantung pada kehalusan partikel-partikel dan konsentrasinya.
Diwaktu yang lalu, standart untuk perbandingan adalah turbidimeter Jackson.
Dengan alat ini kekeruhan ditetapkan sebagai ukuran kedalaman air yang
dibutuhkan untuk menghilangnya bayangan cahaya lilin. Sekarang, kekeruhan
diukur dengan suatu tubidimeter yang mengukur gangguan lintasan cahaya melalui
suatu contoh air. Air permukaan yang mengalami kenaikan tingkat kekeruhan yang
besar setelah terjadinya hujan sering disebut sebagai” air yang mengkilat”. Air
semacam ini lebih sulit untuk diolah daripada air yang tingkat kekeruhannya
hampir-hampir tetap.
c.
Warna
Air
kadang-kadang mengandung warna yang banyak yang diakibatkan oleh jenis-jenis
tertentu dari bahan organik yang terlarut dan koloidal yang terbilas dari tanah
atau tumbuh-tumbuhan yang membusuk.
Warna adalah suatu sampel tentang warna organik yang koloidal. Warna yang
sebenarnya terjadi karena pencemar terlarut. Limbah-limbah dari kegiatan
industri sering menjadi sebab dari adanya warna didalam air. Intensitas warna
diukur dengan perbandingan visual dari sampel air yang bersangkutan dengan
tabung-tabung Nessler, yaitu tabung-tabung gelas yang berisi intensitas warna
standar yang berbeda.
d.
Rasa dan Bau
Rasa
dan bau pada air disebabkan oleh adanya bahan organik yang membusuk atau bahan
kimia yang mudah menguap. Pengukurannya dengan melarutkan sampel air yang
bersangkutan hingga rasa dan baunya tak dapat lagi ditemukan dengan pengujian
oleh manusia. Air minum secara praktis harus bebas dari warna, rasa dan bau.
e.
Suhu
Suhu
air merupakan hal yang penting sehingga dikaitkan dengan tujuan penggunaan,
pengolahan untuk membuang bahan-bahan pencemar serta pengangkutannya suhu
tergantung pada sumber airnya. Suhu air tanah akan bervariasi menurut kedalaman
dan ciri-ciri akifer yang menjadi sumber air itu. Suhu air permukaan yang
disadap dari suatu waduk yang dalam bervariasi juga menurut kedalamannya
f.
Daya hantar listrik
Daya
hantar listrik adalah kemampuan air untuk mengalirkan arus listrik dan
kemampuan tercermin dari kadar padatan total dalam air dan suhu pada saat
pengukuran. Konduktivitas arus listrik mengalirkan arusnya tergantung pada
mobilitas ion dan kadar yang terlarut. Senyawa anorganik merupakan konduktor
kuat dibandingkan dengan senyawa
organik. Pengukuran daya hantar listrik ini untuk melihat keseimbangan kimiawi
dalam air dan pengaruhnya terhadap kehidupan biota.
2. Parameter Kimia Air
a.
Derajat keasaman (pH) air
Sebagai
pengukur sifat keasaman atau kebasaan air diambil nilai pH yang didefinisikan
sebagai min logaritma dari konsentrasi ion hidrogen dalam mol per liter dari
tiap-tiap jenis. Dengan demikian, pH dari air netral adalah 7. Air yang pH-nya
kurang dari 7, sifat asam, sedangkan yang pH-nya lebih dari itu, bersifat basa.
Nilai pH air biasanya didapat dengan suatu pontensiometer yang mengukur
potensial listrik yang dibangkitkan oleh ion-ion H+ atau dengan
bahan celup penunjuk warna, misalnya metil orange atau phenolphthalein.
b.
Kesadahan
Kesadahan
digunakan untuk menunjukkan kandungan garam kalsium dan magnesium yang
terlarut, dinyatakan sebagai ekuivalen (setara) kalsium karbonat, kesadahan air
dapat dibagi atas dua kelompok: karbonat dan nonkarbonat, atau kesadahan
sementara (temporary) dan kesadahan permanen (kekal) . Tingkat kesadahan
sementara biasanya dapat diturunkan dengan pemanasan, untuk menurunkan
kesadahan permanen disebabkan oleh sulfat dan klorida kalsium dan magnesium.
Unsur-unsur kesadahan (seperti Mg, Ca dan lain-lain) menyebabkan erosi pada
sudu-sudu turbin. Dengan demikian
diperlukan proses pelunakan air, yaitu demineralisasi dan softener untuk
menghilangkan unsur-unsur perusak tersebut.
c.
Alkalinitas
Tinggi
rendahnya alkalinitas air ditentukan oleh senyawa karbonat, garam hidroksida,
kalium, magnesium, dan natrium dalam air. Semakin tinggi kesadahan suatu air
semakin sulit air membuih. Penggunaan air untuk ketel selalu diupayakan air
yang mempunyai kesadahan rendah karena zat tersebut dalam konsentrasi tinggi
menimbulkan terjadinya kerak pada dinding dalam ketel maupun pada pipa
pendingin.
d.
Klorida
Klorida
banyak dijumpai dalam pabrik industri kaustik soda. Bahan ini berasal dari
proses elektrolisa, penjernihan garam dan lain-lain. Klorida merupakan zat
terlarut dan tidak mudah menyerap. Sebagai klor bebas berfungsi desinfektan,
tapi dalam bentuk ion yang bersenyawa dengan ion natrium menyebabkan air
menjadi asin dan merusak pipa-pipa instalasi.
e.
Sulfat dan sulfit
Sulfat
dalam jumlah besar akan menaikkan keasaman air. Ion sulfat dapat terjadi secara
proses alamiah. Sulfur dioksida dibutuhkan pada sintesa. Pada industri kaustik
soda ion sulfat terdapat sewaktu pemurnian garam. Ion sulfat oleh bakteri
direduksi menjadi sulfida pada kondisi anaerob dan selanjutnya sulfida diubah
menjadi hidrogen sulfida. Dalam suasana anaerob hidrogen sulfida teroksidasi
secara bakteriologis menjadi sulfida. Dalam bentuk H2S bersifat
racun dan berbau busuk. Pada proses digester lumpur H2S yang
bercampur dengan metana CH4 dan CO2 akan bersifat
korosif.
f.
Total Dissolved Solid (TDS)
Total
dissolved Solid ialah jumlah keseluruhan zat yang larut dalam air, yang
dimasukkan dalam kelompok ini ialah mineral dan garam-garam yang terlarut dalam
air, zat tersebut berbentuk koloid
g.
Silika
Konsentrasi
silika yang diijinkan pada operasi air boiler tekanannya bermacam- macam, ditunjukkan pada tabel dibawah ini.
Reduksi silika tidak selalu penting, khususnya saat kosongnya kondensat turbin.
Rendahnya konsentrasi pada silika kadang-kadang menghasilkan lumpur, yang
lengket pada boiler dengan tekanan
rendah perlakuannya menggunakan posfat.
Parameter
|
Control Limit of Boiler Feed Water (After Deaerator)
|
|||||
Boiler Pressure (Bar)
|
< 21
|
21 - 30
|
31 - 50
|
51 – 70
|
||
Softener
|
Demin
|
|||||
pH
|
, unit
|
6.5 – 8.5
|
7 – 10
|
7 - 10
|
7.0 – 9.2
|
7.0 – 9.2
|
TDS
|
, ppm
|
-
|
80, max
|
50, max
|
5, max
|
5, max
|
T.Hardness
|
, ppm CaCO3
|
1, max
|
1, max
|
1, max
|
0.2, max
|
0.1,max
|
Silica
|
, ppm SiO2
|
-
|
5, max
|
5, max
|
0.5, max
|
0.1, max
|
Iron
|
, ppm Fe
|
0.3, max
|
0.3, max
|
0.3, max
|
0.02, max
|
0.02, max
|
Dissolved Oxygen,
|
, ppb O2
|
100, max
|
100, max
|
100, max
|
7, max
|
7, max
|
Eliminox
|
, ppm
|
-
|
-
|
-
|
0.6 – 1.0
|
0.6 – 1.0
|
Parameter
|
Control Limit of Boiler Water
|
|||||
Boiler Pressure (Bar)
|
< 15 bar
|
15 – 21
|
21 - 30
|
31 - 50
|
51 – 70
|
|
pH
|
, unit
|
10.5 – 11.5
|
10.5 – 11.5
|
10.5 – 11.5
|
9.0 – 10.5
|
9.0 – 10.5
|
TDS
|
, ppm
|
3500, max
|
2000, max
|
2000, max
|
300, max
|
200, max
|
M. Alkalinity
|
, ppm CaCO3
|
1000, max
|
700, max
|
600, max
|
200, max
|
100, max
|
O. Alkalinity
|
, ppm CaCO3
|
2.5 x SiO2 ,min
|
2.5 x SiO2 ,min
|
2.5 x SiO2 ,min
|
-
|
-
|
Silica
|
, ppm SiO2
|
150, max
|
150, max
|
90, max
|
30, max
|
8, max
|
Phosphate
|
, ppm PO4
|
20 – 40
|
20 - 40
|
20 - 40
|
5 - 15
|
5 – 15
|
Sulfite
|
, ppm SO3
|
20 - 40
|
20 - 40
|
20 - 40
|
-
|
-
|
Mutu
Air
Dalam penilaian mutu air, pencemar didalam air biasa diklasifikasikan atas fisik, kimiawi dan
biologis. Dengan demikian, bakteri yang koloidal, non-ionik dan
pencemar-pencemar tak larut. Air
menangkap pencemar-pencemar sejak saat pembentukannya diawan. Beberapa pencemar
tidaklah berbahaya, yang lain secara estetika mungkin bersifat ofensif atau
bahkan berbahaya berkenaan dengan tujuan pemakaian airnya.
Untuk menetapkan mutu air atau membandingkan air satu
dengan yang lainnya, diperlukan dasar penetapan mutu atau dasar perbandingan
yang harus dilakukan. Biasanya, dasar dari air yang bersangkutan. Air di alam
sangat jarang ditemukan dalam keadaan murni. Sekalipun air hujan, meskipun awalnya murni, telah mengalami
reaksi dengan gas-gas diudara dalam perjalanan turun ke bumi dan selanjutnya
terkontaminasi selama mengalir diatas permukaan bumi dan didalam tanah.
Kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian air terhadap penggunaan tertentu.
Pemurnian
Air
Pabrik kelapa sawit membutuhkan air bersih untuk
pengolahan, untuk kebutuhan rumah tangga dan air umpan boiler membutuhkan
kemurnian yang memenuhi kebutuhan air minum. Air yang digunakan pada proses
pengolahan dan air umpan boiler diperoleh dari air sungai, air waduk, sumur
bor, dan sumber mata air lainnya. Kualitas air tersebut tidak sama walaupun
menggunakan sumber air sejenis ini dipengaruhi oleh lingkungan asal mata air
tersebut. Sumber mata air sungai umumnya sudah mengalami pencemaran oleh
penduduk atau industri, oleh sebab perlakuan pemurnian air harus dilakukan.
Berdasarkan sumber air alam yang selalu mengandung
senyawa-senyawa kimia, maka diperlukan beberapa perlakuan sebelum digunakan di
pabrik. Air sangat dibutuhkan dalam proses pengolahan minyak sawit sebagai air pengencer, air umpan boiler
dan air pencuci. Untuk
menyingkirkan bahan-bahan organik biasanya cukup dengan koagulasi dan filtrasi
melalui pasir atau batu bara keras serta oksidasi dengan cara aerasi.
Pengolahan ini sekaligus membersihkan air dari sebagian organism.
Demineralisasi
Sistem demineralisasi sangat banyak digunakan, bukan saja
untuk pengolahan air umpan ketel uap tekanan tinggi, tetapi juga untuk berbagai
air proses dan air cuci. Pemilihan
sistem penukar ion untuk ini bergantung pada:
1.
volume dan komposisi air
mentah,
2. persyaratan
kualitas hasil pengolahan, sesuai dengan tujuan penggunaanya, dan biaya
investasi dan operasi. Singkatnya, jika penyingkiran silika tidak diperlukan,
sistem itu bisa terdiri atas unit penukar kation-hidrogen dan unit penukar
anion basa lemah, dan biasanya diikuti dengan unit degasifikasi untuk membuang,
dengan cara daerasi, sebagian besar karbondioksida yang terbentuk dari
bikarbonat dalam langkah pertama. Jika ada silika yang harus disingkirkan,
sistemnya boleh terdiri atas unit penukar kation-hidrogen dan unit penukar
anion basa kuat, biasanya dengan unit degassifikasi diantara keduanya untuk
membuang karbon dioksida sebelum unit penukar anion basa kuat. Unutk
penggunaannya yang memerlukan air hasil
yang berkualitas tinggi unit ini bisa diikuti lagi dengan unit “pemoles”
(penguapan) kedua yang terdiri atas unit penukar kation-hidrogen dan unit
penukar anion basa kuat atau satu unit tunggal tanur yang berisi campuran
penukar kation-hidrogen dan unit penukar anion basa kuat.
Proses lain yang dapat mengeluarkan semua ion dari air
adalah distilasi. Pengangkutan air distilasi maupun air deionisasi harus
dilakukan didalam basa tahan karat atau kaca untuk mencegah agar air murni itu
tidak menyebabkan korosi pada pipa mengalir. Timah juga digunakan untuk ini,
tetapi kelemahannya ialah bahwa bahan ini sangat lunak. Bahan lain yang cukup
baik sebagai gantinya ialah pipa aluminium atau polivinil klorida untuk
menyalurkan air “ murni”. Kadang-kadang polietilena, polipropilena, dan
polikarbonat juga dipakai.
Penyingkiran garam, atau desalinisasi, biasanya
diterapakan dalam proses untuk demineralisasi parsial atau total air yang
berkadar garam tinggi seperti air laut (35.000) ppm garam terlarut) atau air
payau. Proses pertama (penyingkiran parsial) digunakan untuk menurunkan kadar
garam sampai air itu layak untuk diminim (500 ppm atau kurang) atau untuk
penggunaan lain. Proses keduanya (penyingkiran menyeluruh) digunakan terutama
untuk mempersiapkan air umpan ketel uapbertekanan tinggi dan untuk penggunaan industri
lainnya. Proses demineralisasi dengan pertukaran ion yang telah diuraikan
terdahulu dalam bab ini tidak cocok untuk menyingkirkan garam dari air yang
berkadar garam tinggi, sehingga untuk menyingkirkan garam dari air yang
berkadar garam tinggi, sehingga untuk itu harus digunakan proses-proses lain.
Penukar
Ion
Ion exchanger
(penukar ion) sebagai water softener merupakan fungsi umum dan
digunakan sangat luas di industri yang memerlukan soft water untuk proses dan
bahan baku boiler. Air baku yang tingkat
ke-sadahan-nya (hardness) tinggi karena kandungan kalsium dan magnesium harus
diturunkan dengan cara menggantikannya dengan muatan ion natrium yang terdapat
pada resin. Proses pertukaran ion terus berjalan sampai tercapai kesetimbangan
dan jenuh dan sesudah kondisi resin jenuh maka segera dilakukan re-generasi
dengan dicuci dengan air yang mengandung
garam NaCl tinggi. Soft water digunakan untuk boiler air umpan guna mencegah terjadinya endapan (scaling)
pada pipa saluran air baik pada sistem boiler maupun pada sistem pendingin
Penukar
kation
Air dari tangki penyimpanan dipompakan ketangki kation
yang berisi resin penukar kation. Resin penukar kation ini bersifat asam kuat
(strong acid cation) atau bersifat asam lemah (weak acid cation), bahan kimia
yang dipakai untuk mengaktifkan resin adalah asam sulfat.
Fungsi penukar kation:
a.
Menghilangkan atau
mengurangi kesadahan (hardness) yang disebabkan oleh garam-garam kalsium dan
magnesium.
b. Menghilangakan
atau mengurangi zat-zat padatan terlarut (TDS).
c.
Menghilangkan atau
mengurangi alkalinity dari garam-garam
alkali (karbonat, bikarbonat, dan asam lemah atau bersifat asam lemah
hidroksida).
Didalam kation terjadi pertukaran antara ion kalsium,
magnesium dengan ion-ion hidrogen sehingga garam-garam bikarbonat, sulfat,
klorida, dan silika dirubah menjadi asam karbonat, asam sulfat, asam klorida,
dan asam silikat yang larut dalam air.
Reaksi penukar kation
Selanjutnya dari water tower, air dipompakan kembali
untuk diproses dengan sistem demineralisasi, dengan tujuan untuk menghilangkan
semua/ sebagian unsurunsur kimiawi yang dikandung oleh air tersebut. Air yang
bersal dari water tower dimasukkan ke
dalam tangki kation Exchanger resin, setelah air kontak dengan resin, maka
semua ikatan-ikatan unsur kimiawi dari garam alkali, seperti Ca2+,
Mg2+, Fe2+, dan lain sebagainya yang dikandung oleh air,
diikat dengan 1 (satu) atom Hidrogen (H+).
Jadi semua garam-garam bermuatan positif yang dikandung
oleh air, dibebaskan didalam kation.
Penukar
anion
Setelah dialirkan melalui kation, selanjutnya air
dialirkan masuk ketangki anion yang berisi resin bersifat basah kuat (strong
base anion) dan basa lemah (weak base anion). Bahan kimia yang dipakai adalah
kaustik soda, dosis pemakaian 60 g/L resin, konsentrasi cairan NaOH watu kontak
dengan resin.
Fungsi penukar anion
a.
Menyerap asam-asam
karbonat, sulfat, klorida, dan silikat yang dihasilkan oleh penukar kation.
b.
Untuk menghilangkan atau
mengurangi semua garam-garam mineral sehingga air yang dihasilkan tidak
mengandung garam mineral lagi
Pengolahan
Air Umpan Ketel Dengan Penambahan Bahan-bahan Kimia
Tujuan penambahan bahan-bahan kimia dalam proses
pengolahan air umpan boiler adalah sebagai berikut:
a.
Bereaksi dengan kesadahan
dan kandungan silika air umpan dan mencegah pengendapannya pada permukaan logam
ketel sebagai kerak. Ion-ion kalsium diendapkan dalam bentuk kalsium hidroksi
apatit (2Ca3(PO4)2.Ca(OH)2 dan
kalsium karbonat (CaCO3). Dan
ion-ion magnesium dan silika diendapkan dalam bentuk MgSiO2 dan
Mg(OH)2
b. Menjadikan
zat-zat tersuspensi seperti Lumpur, kesadahan dan besi oksida menjadi suatu
massa yang tidak melekat pada logam ketel. Pengaturan agar sifat lumpur tidak
melekat pada logam ketel dilakukan dengan penggunaan bermacammacam bahan
organik yang masuk golongan tannin dan lignin.
c.
Menyediakan perlindungan
anti busa untuk memungkinkan pemekatan padatan terlarut dan tersuspensi dalam
air ketel pada taraf tertentu tanpa terjadi kejenuhan.
d. Menghilangkan
oksigen dari air yang menyediakan alkalinitas yang cukup untuk mencegah korosi
ketel. Sejumlah oksigen dapat terbawa dalam air umpan meskipun sudah melewati
tahap aerasi
Pengaktifan
Resin (Regenerasi)
Regenerasi adalah suatu peremajaan, penginfeksian dengan
kekuatan baru terhadap resin penukar ion yang telah habis saat kerjanya atau
telah terbebani, telah jenuh. Regenerasi penukaran ion dapat dilakukan dengan
mudah karena pertukaran ion merupakan suatu proses yang reversibel yang perlu
diusahakan hanyalah agar pada regenerasi berlangsung reaksi dalam arah yang
berlawanan dari pertukaran ion.
Pada umumnya senyawa yang digunakan untuk kerangka dasar
resin penukar ion asam kuat dan basa kuat adalah senyawa polimer stiren
divinilbenzena. Ikatan kimia pada polimer ini amat kuat sehingga tidak mudah
larut dalam keasaman dan sifat basa yang tinggi dan tetap stabil pada suhu
diatas 150oC. Polimer ini dibuat dengan mereaksikan stiren dengan
divinilbenzena, setelah terbentuk kerangka resin penukar ion maka akan
digunakan untuk menempelnya gugus ion yang akan dipertukarkan. Resin penukar
kation dibuat dengan cara mereaksikan senyawa dasar tersebut
dengan gugus ion yang dapat menghasilkan (melepaskan) ion
positif. Gugus ion yang biasa dipakai pada resin penukar kation asam kuat
adalah gugus sulfonat dan cara pembuatannya dengan sulfonasi polimer polistyren
divinilbenzena (matrik resin).
Resin penukar ion yang direaksikan dengan gugus ion yang
dapat melepaskan ion negatif diperoleh resin penukar anion. Resin penukar anion
dibuat dengan matrik yang sama dengan resin penukar kation tetapi gugus ion
yang dimasukkan harus bisa melepas ion negatif, misalnya –N (CH3)3+
atau gugus lain atau dengan kata lain setelah terbentuk kopolimer stiren
divinilbenzena (DVB), maka diaminasi kemudian
diklorometilasikan untuk memperoleh resin penukar anion. Material
penukar ion yang utama berbentuk butiran atau granular dengan struktur dari molekul yang panjang (hasil
co-polimerisasi), dengan memasukkan
gugus fungsional dari asam sulfonat, ion karboksil. Senyawa ini akan
bergabung dengan ion pasangan seperti Na+,
OH− atau H+. Senyawa ini merupakan struktur yang porous.
Senyawa ini merupakan penukar ion positif (kationik) untuk menukar ion dengan
muatan elektrolit yang sama (positif) demikian sebaliknya penukar ion negatif
(anionik) untuk menukar anion yang terdapat di dalam air yang diproses di dalam
unit “Ion Exchanger”.